DI ATAS ATAP SULAWESI : LATIMOJONG -> RANTE MARIO
24 April 2015 – 03 Mei 2015
“KOMITMEN”
adalah kata yang
rasanya cocok untuk mengawali cerita kali ini.
Saya beruntung!,untuk pertama
kalinya, menjadi bagian dari tim yang konsisten dan punya komitmen tinggi. Jujur,
saya merasa cukup kerdil :)berada di antara mereka, yang saya sebut :
“Pendaki-Pendaki hebat”.
Kegigihan tim yang diawali dengan
hati beberapa orang untuk mencapai seven summit Indonesia, dapat membawa
kami sampai di puncak RANTE MARIO, gunung LATIMOJONG, barisan pegunungan tertinggi
dari pulau Sulawesi. Tekad kuat untuk lulus dari cita - cita seven summit mendorong tim melakukan persiapan yang matang secara konsisten setiap tahunnya
untuk mencapai 7 puncak pegunungan tertinggi Indonesia. Pegunungan LATIMOJONG
merupakan seven summit ke-5. Persiapan
pendakian sudah dilakukan dari tahun 2014,setelah sebagian tim menyelesaikan pendakian
gunung BINAYA, kepulauan Maluku.
Proses persiapan pendakian ternyata bukan
hal mudah. Mulai dari mempelajari medan, mengumpulkan informasi, merancang
waktu perjalanan, hunting tiket
murah, mengumpulkan dana, membagi tugas dalam tim, sharing knowledge pendakian, latihan fisik, sampai merancang kegiatan
sosial sebagai apresiasi kepada lingkungan masyarakat di lokasi pendakian. Beberapa
kali technical meeting, semakin mematangkan
asa mencapai puncak tertinggi LATIMOJONG. Demi suatu komitmen!
PERJALANAN
LATIMOJONG berada di jajaran pegunungan tertinggi Sulawesi, merupakan
gunung non vulkanik yang terletak pada koordinat 120’ 01’ 30” BT – 03’ 23’ 01” LS. Secara
administratif, pegunungan LATIMOJONG terletak di dusun Karangan - desa
Latimojong - kecamatan Baraka - kabupaten Enrekang - provinsi Sulawesi Selatan. Jalur pendakian yang lazim digunakan adalah dari kabupaten Enrekang. Membutuhkan
waktu 7 jam perjalanan darat dari kota Makasar menuju kabupaten Enrekang.Perjalanan pendakian LATIMOJONG dapat
memberikan kesempatan untuk mengeksplor wilayah Sulawesi selatan.
Wilayah
pegunungan meliputi kawasan perkebunan mayoritas kopi, dengan hutan pegunungan tergolong
tipe ekosistem hutan montana yaitu cenderung basah, vegetasi habitus lumut dan
jamur sebagai tanaman perintis, padang berbatu dengan vegetasi komunitas pepopohonan gunung yang homogen. Puncak tertinggi pegunungan LATIMOJONG adalah puncak RANTE
MARIO pada ketinggian 3443 mdpl. Dari puncak RANTE MARIO, akan terlihat bentangan
pegunungan yang menghubungkan kabupaten Palopo, kabupaten Enrekang, dan kabupaten
Tanah Toraja.
Dalam perencanaan, hal pertama
yang tim lakukan adalah menetapkan waktu pendakian yang tepat. Tim sepakat pendakian dilakukan antara bulan April s/d Mei 2015, mengingat perkiraan cuaca musim panas di kawasan timur Indonesia
pada bulan itu, sehingga cukup bersahabat.Eksplor Sulawesi Selatan turut
dipersiapkan dalam rancangan besar perjalanan.Tanggal 24 April 2015 – 03 Mei
2015 merupakan kurun waktu perjalanan, pendakian dan eksplor Sulawesi selatan. 27
April – 30 April ditetapkan sebagai hari pendakian LATIMOJONG. Personil dari
Jakarta tiba di Makasar pada 25 April subuh, personil dari Ambon tiba tanggal
25 April sore, dan personil dari Surabaya tiba di makasar tanggal 26 malam. Tiga hari sebelum pendakian, sebagian tim
akan mendaki gunung Bawakaraeng, berada di kabupaten Gowa, 4 jam perjalanan dari
kota Makasar. Sebagian lagi akan mengunjungi beberapa tempat wisata di
Kabupaten Maros, sekitar 1.5 jam dari kota Makasar. Setelah pendakian, tim pendaki (+ 1 personil dari
taman Nasional Takabonarate),akan mengeksplor Tanah Toraja selama dua hari. Hari
ketiga, tim akan kembali ke Makasar untuk penerbangan masing-masing.
Untuk akomodasi,pengalaman beberapa personil yang memiliki jaringan di Makasar
memberikan kemudahan. Tim didukung sepenuhnya oleh KORPALA Univ. Hassanudin.
Mulai dari memberikan tempat tinggal di markas KORPALA, mempersiapkan
transportasi, dan penunjukan personil KORPALA
untuk bergabung dengan kami selama pendakian dan eksplor Sulawesi Selatan.
4 HARI PENDAKIAN LATIMOJONG –> RANTE MARIO
“Pendaki-Pendaki Hebat” :
Aji
(founder, team leader, detak jantungnya tim); Sabar (founder, motivator ulung creatorjadwal latihan persiapan fisikpendakian);
Ucok (Sekertaris, bendahara, Accounting
, super handal), Yoni (koki kerennnnnnnn, teladan nyata urusan kebugaran
tubuh); Deddy(dari kejauhan dia masih setia dengan cita-cita tim, kegigihannya mengusik keberanian saya untuk
mulai mencintai “pendakian”, dan komit kali ini untuk LATIMOJONG); Dea (motivator,
feminim, tapi pengalaman dan staminanya superrrrrrrrrrrrr maskulin, sejajar
pendaki pria), Shinta (Punya banyak cita inspiratif, pendakian baginya
adalah hal yang masih baru tapi dilakukan dengan tekad dan rasa); Hanna (sama
seperti saya, yang baru bergabung dalam tim, dan pastinya dia sangat beruntung
!)
Tidak kalah hebatnya,
Personil Super Handal dari KORPALA UNHAS yang bergabung
:
Fadli (tidak ada kesan apa2 saat
pertama kali melihat,pendaki ulung yang gesit ini jadi teamleader pendakian, gesture dan kata2nya gokilllll abisss); Acul
(Juru bicara tim dengan kepala dusun dan masyarakat lokal, juga pendaki ulung
yang punya kemampuan sangat sigapdalam situasi bahaya, rambut kimbal buat diasemakinunik); Risto
(Si cool & nice! Sweaper superrrr sabarrrrrr…., pendaki
hebat dengan spesifikiasi khusus padapenelitian
gua). Ketulusan mereka selama berasama kami dalam pendakian dan eksplor
Sulawesi selatan, membuat saya kalo punya lebih dari 4 jempol akan saya
ancungkan semuanya !!!. Bravoooo… KORPALA
UNHAS !!!
27 April 2015, "Petualangan
dimulai"
Jam 08.00 Pagi, 12 personil timbertolak
dari mabes KORPALA UNHAS menuju kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang menggunakan
2 mobil sewa panther dengan harga Rp 80.000/org. Mobil panther ini adalah
angkutan umum dari Makasar – Enrekang bisa ditemui juga di terminal Daya yaitu
terminal regional Makasar.
Sekitar jam 15.00, tiba di
kecamatan Baraka. Bahan mentah logistik untuk berkemah dapat dibeli di pasar
Baraka. Sambil menunggu jadwal mobil jeep ke dusun Karangan, dari akses KORPALA tim beristirahat
di rumah warga lokal Baraka. Keluarga Baraka menjamu kami dengan sangat istimewa. Bersyukur
sangat, atas keikhlasan keluarga ini.
Kurang lebih jam 17.00 Jeep milik
kepala dusun Karangan tiba. Bersama kami
saat itu tim pendaki lain sekitar 8 orang, juga menanti jeep yang sama. Jadi penumpang + supir
ada 21 orang. Harga sewa jeep ini Rp. 400.000 – Rp 450.000. Jam 17.45 jeep menuju
dusun Karangan.
Matahari semakin kembali ke peraduan dan akhirnya hilang, tersisa bulan jadi penuntun. Jeep menyusuri bibir pegunungan
yang sangat sempit, tikungan tikungan tajam, jalanan tanah liat kasar sesekali
berlumpur tebal, sesekali berbatu, ada tanjakan demi tanjakan dan turunan terjal.
Medan yang berat di malam hari, beberapa kali jeep mengalami masalah dengan
mesin yang panas berasap dan harus mundur tiba – tiba dari tanjakan, lalu personil
pria harus turun dan bantu mendorong. Mata dan hati terasa tegang, terpaksa harus
selalu awas selama kurang lebih 5.5 jam perjalanan. Jam 11.00 tiba di dusun
Karangan, kaki pegunungan LATIMOJONG.
Adalah suatu kearifan lokal bagi masyarakat dusun
Karangan, rumah penduduk selalu terbuka untuk para pendaki. Tim tinggal di salah satu keluarga yang sering berhubungan dengan
pendaki KORPALA UNHAS. Dusun Karangan berada di dalam lembah yang dikelilingi
bukit-bukit perkebunan, dengan ciri khas rumah panggung sebagai tempat
tinggal. Selain merupakan budaya bagi masyarakat Sulawesi selatan pada umumnya,
rumah panggung memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tempat tinggal sekaligus pada
bagian dasar rumah dijadikan tempat penyimpanan pangan hasil perkebunan. Hampir
seluruh rumah penduduk sudah dialiri listrik. Banyak rumah yang memiliki TV dan parabola. Meski demikian, sebagin besar penduduk dusun masih hidup secara tradisional seperti mengolah
makanan menggunakan kayu bakar. Tak sengaja menoleh salah satu sudut ruangan,
terlihat puluhan Jagung hasil panen berjejer pada ambang pintu, ada
juga beberapa tandan pisang. Hmmm …… “kelimpahan pangan ada di tanah ini”.
Pemikiran terakhir malam itu, lalu tertidur pulas dalam dingin yang menusuk.
Pemikiran terakhir malam itu, lalu tertidur pulas dalam dingin yang menusuk.
28 April 2015 "Menikmati mimpi
menjadi kenyataan"
Selamat Pagi Dusun Karangan …
Tim siap melakukan pendakian.
Jam 08.00 kami start dari dusun Karangan.
Jam 08.00 kami start dari dusun Karangan.
Menuju POS 1(Buntu Kaciling)
Pendakian menuju pos 1
direncanakan di 45 menit s/d 1 jam.Perjalanan
dimulai dengan menyusuri perkebunan masyarakat. Ada jagung, kopi, juga pepohonan
buah – buahan dan cengkih palawija sepanjang
jalur bukit. Selanjutnya akan bertemu dengan sungai kecil yang melintang. Setengah perjalanan, ada rumah hutan
milik warga dan kami diberi hadiah buah Markisa hasil panensebagai bekal
perjalanan. Lokasi pos 1 terletak di puncak bukit perkebunan kopi pada ketinggian 1800 mdpl. Perjalanan menanjak terjaldengan elevasi kemiringan
antara 50 – 70 derajat, dan harus menerobos
kepadatan tanaman kopi.Kontur tanah
basah cenderung liat, beruntung pada saat pendakian cuaca panas, sehingga tanah
cukup stbil untuk dijejaki.
Menuju POS 2(Gua Sarung PakPak)
Agak berbeda dengan jalur menuju
pos 1 yang terus menanjakcenderungbervariasi antara sedikit tanjakan dan lebih
banyak turunan. Vegetasi alam mulai berubah dari hutan terbuka, menjadi hutan
tertutup rapat dengan jalur melipir tepi
jurang. Kontur tanah menurun curam menuju lembah di mana terdapat sungai cukup
besar di bawah tebing batu.Sepanjang perjalanan ada beberapa kali jalur
berbahaya, pohon – pohon besar yang tumbang melintang.Ada jugaj Jalan yang
terputus membuat lubang besar dan harus menyebrang di atas batang pohon yang
sangat licin.Dan yang tak kalah berbahaya saat menyebrangi sungai yang pada
saat itu sedang berarus kuat dengan tebing yang licin.Catatan penting
:Tim sudah menyiagakan hal ini pada saat persiapan pendakian. Kami melewati
medan - medan berbahaya seperti
disebutkan dengan menggunakan webbing. Gua Sarung PakPak berada pesis di
atas tebing sungai, dengan areal +- 4m2,
biasanya ada juga pendaki yang mendirikan tenda untuk bermalam di sini. Perjalanan
dari Pos 1 ke pos 2 memakan waktu hampir 1
jam 45menits/d 2 jam mencapai 1800 mdpl.
Menuju POS 3 (Lantang Nase)
Setelah menyebrangi sungai besar,
tanjakan akansemakin terjal dari sebelumnya. Perjalanan menuju pos 3 dapat dibilang
sangat berat.Selama kurang lebih 1 jam
30 menits/d 1 jam 45 menit pendakian
dilakukan pada kemiringan tanah yang mencapai 80 derajat tanpa ada bonus tanah
datar sama sekali.Catatan penting : Pendaki harus selalu menjaga
keseimbangan dalam melangkah dan saat
berdiri atau duduk beristirahat, untuk menghindari terjungkal ke
belakang.Dalam kondisi ini, sangat sulit bagi saya untuk membagi konsentrasi
antara mendaki dan memotret.Kamera DSLR lebih baik untuk diamankan dalam
ransel.Tenaga yang terkuras dan rasa lapar yang mulai melanda, membuat beberapa
kali harus beristirahat sejenak selama perjalanan.Saya mengalami bahwa buah
Markisa sangat membantu memulihkan tenaga dan ampuh mengatasi rasa lapar.Lokasi
Pos 3 berada pada ketinggian 1940 mdpl, berupa tanah datar berukuran -+ 5 m2,
tidak ada sumber air sama sekali di pos ini. Di sini, untuk pertama kali pengalaman dicium si lintah dan saya mengerti bagaimana cara mengatasinya :)
Menuju POS 4 (Buntu Lebu)
Cuaca mulai berubah mendung dan
turun hujan rintik, mengharuskan kami menggunakan mantel. Jalur pendakian
menuju pos 4 memiliki kemiringan antara 60-70
derajat, sesekali ada bonus jalan datar. Perjalanan menuju pos 4 masih tertutup
rapat oleh pepohonan dan tidak ada sumber mata air samasekali. Lokasi pos 4
berada pada ketinggian 2140 mdpl merupakan daerah datar berukuran -+
6 m2 . Waktu tempuh menuju pos 4 sekitar 1 jam.
Menuju POS 5 (Soloh Tama)
Mulai terlihat hutan yang sedikit
terbuka, pepohonan tidak lagi padat. Vegetasi tanaman hutan pun mulai berubah
seiring semakin tinggi dataran. Sudah mulai ditemukan tanaman lumut hijau yang
menempel di pohon – pohon.Walau hujan rintik ebal masih turun, pendakian menuju
pos 5 menjadi sedikit lebih ringan karena elevasi tanah terbilang normal dan
ditemukan banyak tanah datar.Meski demikian, jarak perjalanan juga cukup panjang dari pos
sebelumnya, sekitar 1 jam 30 menits/d 1 jam 45 menit.
Pos 5 berada di ketinggian 2480 mdpl, ditandai dengn tanah datar terbuka cukup
luas, dapat ditempati kurang lebih 10 tenda. Di pos ini terdapat sumber air
berjarak kurang lebih 100 m menurun ke arah lembah sebelah kiri jalur pendakian
ke pos selajutnya. Karena waktu yang
semakin sore dan kondisi cuaca masih hujan rintik, tim sepakat mengubah rencana
semula untuk berkemah di pos 7 menjadi berkemah di pos 5. Tim kami bermalam di
pos 5 dengan 4 tenda untuk 12 personil.
Kebersamaan dengan tim malam itu
adalah anugerah terindah ! Sambil menikmati makan malam + minuman hangat diselingi
seloroh – seloroh berbalasan yang kadang tak jelas.
Tanpa disadari : Lemah letih lesu, bersembunyi entah dimana !!!
Tanpa disadari : Lemah letih lesu, bersembunyi entah dimana !!!
"Trima kasih tim, satu tenda untuk saya
dan suami. Mimpi kami menjadi kenyataan, untuk pertama kalinya, bersama berdua melewati
dan menikmati malam,di atas gunung. Di sini, di LATIMOJONG !"
29 April 2015l, "RANTE MARIO,
kami datang !!!"
Jam 05.00 , sarapan pagi dan tim
bersiap untuk summit attack. Kamii
masih harus melewati 3 pos lagi untuk sampai ke pucak tertinggi LATIMOJONG.
Menuju POS 6
Sepanjang jalan menuju pos 6 masih melewati hutan terbuka, dengan beberapa
tanjakan. Namun udara dataran tinggi yang semakin segar dengan vegetasi
tumbuhan yang berbeda dari pos - pos sebelumnya, menambah semangat menuju
puncak. Mendekati pos 6, sudah terlihat
pemandangan menakjubkan, bibir pegunungan yang dipagari oleh tanaman khas alam
dataran tinggi di sini.Kurang lebih perjalanan selama 40 sd 50 menit, tiba di
pos 6 yang berada pada ketinggian 2690 mdpl.
Menuju POS 7 (Kolong Buntu)
Perubahan vegetasi tumbuhan
semakin menarik sepanjang perjalanan menuju pos 7.Jalan tanah setapak datar,
sesekali menanjak, dihiasi dengan lumut hijau bagai karpet dan sejenis jamur
coklat yang menghias batang – batang pepohonan rindang memagari di kiri dan
kanan jalan. Diiringi dengan munculnya paparansinar
matahari, sedikit demi sedikit memperjelas
deretan pegunungan LATIMOJONG
yang menghubungkan kabupaten Palopo, kabupaten Enrekang, dan kabupaten
Tanah Toraja. Perjalanan 1 jam 30 menitterasa
semakin Indah. Tiba di pos 7, matahari semakin bersinar terang dan awan biru
bergeloramenyambut kami.Dari ketinggian 3100 mdpl, di sini pemandangan
lepasbisa diedarkan ke segala penjuru untuk menyejukan mata, menikmati hijaunya
pegunungan berjajaran dan lembah – lembah.Di pos ini ada sumber air berupa
aliran sungai kecil yang tertampung dalam celokan kecil berbentuk
kolam.Jaraknya kurang lebih 15 meter ke sebelah kiri dari pos jika menghadap ke
puncak.Lokasi ini adalah bagian yang paling unik. Di ujung kolam terdapat tebing
kecil lebarnya kurang lebih 1.5 meter dan tingginya sekitar 2.5 meter. Air dari kolam akan
melewati tebing ini dan turun bagaikan air terjun ke kolam yang lebih besar
dengan kedalaman 2 meter. Keunikannya
adalah, tebing dipenuhi lumut hijau licin seperti karpet, sehingga difungsikan sebagai “prosotan”, yang membawa orang
menikmati terjun dari kolam atas ke kolam bawah !!!Saya berpikir, ini adalah
bonus paling seruuuuuu dari LATIMOJONG untuk para pendaki J. Catatan penting : Sebaikanya terjun dengan prosotan lumut ini dilakukan
setelah summit attack! Karena dijamin,
akan ketagihan….
Menuju POS 8 (Puncak RANTE MARIO)
Sekitar 20 menit dari Kolong
Buntu pos 7, akan bertemu dengan jalur bercabang, yaitu ke kanan ditandai oleh
puncak punggung dari menara telekomunikasi milik ABRI, dan yang ke kiri
memasuki daerah pertigaan. Jalur kiri yang di pilih menuju puncak.Daerah pertigaan
yaitu areal terbuka yang cukup luas dengan jalur pendakian bercabang dua. Ke
kiri merupakan jalur menuju Puncak RANTE MARIO, ke kanan dengan belokan 30
derajat merupakan pendakian menuju punak NENE MORI, dan jika berbelok 90
derajat ke arah kanan adalah jalur setapak menuju Palopo. Lokasi ini berada
pada ketinggian 3300 mdpl. Selanjutnya
kurang lebih 10 menit jalan setapak di di antara tanah karang membentuk bukit bukit kecil dan komunitas tumbuhan
dataran tinggi, menuntun untuk sampai di puncak RANTE MARIO.
RANTE MARIO 3430 mdpl
Merampungkan Misi
Kurang lebih 1 jam kami menikmati
puncak RANTE MARIO.
Kemudian kembalii ke pos 5, makan siang, dan bersiap untuk
melakukan perjalanan turun.
BONUS LATIMOJONG AIR TERJUN "Prosotan Lumut", Pos 7!
Vegetasi Lumut & Jamur sepanjang jalan pos 6 ke pos 5
PERJALANAN TURUN KEMBALI KE DUSUN KARANGAN
Sekitar Jam 2.30 kami start dari pos 5 dan berjalan cepat di
tengah hujan cukup lebat menuju pos 2, mengejar sebelum malam tiba kami sudah
harus menyebrangi sungai besar di pos 2. Bersyukur di tengah perjalanan hujan berhenti, kami bisa melewati pos 2 sebelum benar-benar gelap. Tim sempat terbagi dalam perjalanan, dan di pos 2 ini kami berkumpul lagi dan beristirahat sejenak. Perjalanan dilanjutkan kembali di tengah gelap
malam yang mulai menegangkan. Perlengkapan seperti headlamp, senter, korek, dipersipakan untuk menuntun.
Seperti disebutkan pada saat mendaki jalur pos 2, perjalanan menurun curam,
maka sebaliknya saat kembali harus mendaki dengan elevasi yang sangat tinggi. Pengalaman yang menegangkan, menyusuri tanjakan tinggi di tengah hutan gelap
gulita, dengan di bibir jurang yang sempit. Di sini, saya cukup kewalahan secara fisik, dengan kadar oksigen alam
yang menipis membuat berkali - kali harus beristirahat. Perjuangan berikutnya
adalah menuruni bukit perkebunan kopi di pos 1. Lokasi saat kami turun,
ternyata dalam kondisi basah dan sifat
tanah yang liat maka menghasilkan lumpur sehingga tidak stabil untuk dijejaki. Sambil menerobos padatnya tanaman teh, harus berusaha untuk mengakali bagaimana
caranya turun, yaitu dengan berbalik badan agar tidak terpeleset atau jatuh ke
sisi jurang perkebunan. Selanjutnya bertemu kembali dengan sungai kecil
melintang, membuat hati sangat bersukacita. Hanya tinggal melipir satu bukit, maka kami
sampai di perumahan penduduk.
Antara Jam 22.00 -23.00, Tim tiba kembali di dusun Karangan.
Antara Jam 22.00 -23.00, Tim tiba kembali di dusun Karangan.
Pendakian LATIMOJONG selesai.
It’s Amazing !!!
30 April 2015, "PULANG MEMBAWA MIMPI BARU"
Jam 08.00 – 09.00, sarapan pagi
dan tim bersiap untuk meninggalkan dusun Karangan. Jam 10.00, beberapa saat
digunakan untuk menyampaikan terima kasih dan dokumentasi dengan keluarga
tempat kami menginap, sekaligus berpamitan. Kemudian kami menuju sekolah dasar
dusun Karangan, untuk melakukan
kegiatan sosial memberikan beberapa peralatan yang dibutuhkan sekolah dan
sedikit berbagi pengalaman memberikan semangat baru kepada murid-murid. Tim
juga mengunjungi rumah kepala dusun, berpamitan dan menyampaikan terima kasih
atas Jeep yang tersedia untuk dapat disewa.
" Satu satu nya sekolah yang ada di dusun Karangan adalah sekolah dasar (SD). Untuk melanjutkan jenjang SMP, anak - anak harus berjalan sekian kilometer (1-2 jam) menuju dusun Rante Lemo, ibukota administratif dari desa Latimojong. Dan untuk jenjang SMU, mereka harus menetap di Baraka baik kost atau menumpang di rumah kerabat. Ada hal yang dapat kami tangkap dari kondisi SD Karangan keterbatasan tenaga pengajar, sehingga guru harus bergantian dari satu kelas ke kelas lain. Konsentrasi anak - anak tidak sepenuhnya untuk belajar. Masih dijumpai ada anak menggunkan pakaian seragam yang sibuk bermain di halaman rumah saat itu pada jam sekolah "
Jam 11.00 kami meninggalkan dusun
Karangan menuju Baraka.
Warung Duren, setengah perjalanan Karangan - Baraka
Sesuai rencan, sekitar jam 3.30 sore kami tiba di Baraka, kami beristirahat sambil berkoordinasi untuk melanjutkan
perjalanan menuju Tanah Toraja.
Terima kasih banyak untuk keluarga ibu dan bapak
Baraka.
“ Terima kasih PENCIPTA, ENGKAU telah merestui kami ”
LATIMOJONG, Sekian !!!
C u on the Next blog ……., TATOR
!!!
Boleh minta cp sewa jeep nya ga ka ??
BalasHapusada no telpon jeep nya kang?
BalasHapusada no telpon jeep nya kang?
BalasHapus