DI ATAS ATAP SULAWESI : LATIMOJONG -> RANTE MARIO



24 April 2015 – 03 Mei 2015

KOMITMEN    
adalah kata yang rasanya cocok untuk mengawali cerita kali ini.
Saya beruntung!,untuk pertama kalinya, menjadi bagian dari tim yang konsisten dan punya komitmen tinggi. Jujur, saya merasa cukup kerdil :)berada di antara mereka, yang saya sebut :
“Pendaki-Pendaki hebat”.
Kegigihan tim yang diawali dengan hati beberapa orang  untuk mencapai seven summit Indonesia, dapat membawa kami sampai di puncak RANTE MARIO, gunung LATIMOJONG, barisan pegunungan tertinggi dari pulau Sulawesi. Tekad kuat untuk lulus dari cita - cita seven summit mendorong tim melakukan persiapan yang matang secara konsisten setiap tahunnya untuk mencapai 7 puncak pegunungan tertinggi Indonesia. Pegunungan LATIMOJONG merupakan seven summit ke-5. Persiapan pendakian sudah dilakukan dari tahun 2014,setelah sebagian tim menyelesaikan pendakian gunung BINAYA, kepulauan Maluku.
Proses persiapan pendakian ternyata bukan hal mudah. Mulai dari mempelajari medan, mengumpulkan informasi, merancang waktu perjalanan, hunting tiket murah, mengumpulkan dana, membagi tugas dalam tim, sharing knowledge pendakian, latihan fisik, sampai merancang kegiatan sosial sebagai apresiasi kepada lingkungan masyarakat di lokasi pendakian. Beberapa kali technical meeting, semakin mematangkan asa mencapai puncak tertinggi LATIMOJONG. Demi suatu komitmen!

PERJALANAN 
LATIMOJONG berada di  jajaran pegunungan tertinggi Sulawesi, merupakan gunung non vulkanik yang terletak pada koordinat 120’ 01’ 30” BT – 03’ 23’ 01” LS. Secara administratif, pegunungan LATIMOJONG terletak di dusun Karangan - desa Latimojong - kecamatan Baraka - kabupaten Enrekang - provinsi Sulawesi Selatan. Jalur pendakian yang lazim digunakan adalah dari kabupaten Enrekang. Membutuhkan waktu 7 jam perjalanan darat dari kota Makasar menuju kabupaten Enrekang.Perjalanan pendakian LATIMOJONG dapat memberikan kesempatan untuk mengeksplor wilayah Sulawesi selatan. 
Wilayah pegunungan meliputi kawasan perkebunan mayoritas kopi, dengan hutan pegunungan tergolong tipe ekosistem hutan montana yaitu cenderung basah, vegetasi habitus lumut dan jamur sebagai tanaman perintis, padang berbatu dengan vegetasi komunitas pepopohonan gunung yang homogen. Puncak tertinggi pegunungan LATIMOJONG adalah puncak RANTE MARIO pada ketinggian 3443 mdpl. Dari puncak RANTE MARIO, akan terlihat bentangan pegunungan yang menghubungkan kabupaten Palopo, kabupaten Enrekang, dan kabupaten Tanah Toraja.
Dalam perencanaan, hal pertama yang tim lakukan adalah menetapkan waktu pendakian yang tepat. Tim sepakat pendakian dilakukan antara bulan April s/d Mei 2015, mengingat  perkiraan cuaca musim panas di kawasan timur Indonesia pada bulan itu, sehingga cukup bersahabat.Eksplor Sulawesi Selatan turut dipersiapkan dalam rancangan besar perjalanan.Tanggal 24 April 2015 – 03 Mei 2015 merupakan kurun waktu perjalanan, pendakian dan eksplor Sulawesi selatan. 27 April – 30 April ditetapkan sebagai hari pendakian LATIMOJONG. Personil dari Jakarta tiba di Makasar pada 25 April subuh, personil dari Ambon tiba tanggal 25 April sore, dan personil dari Surabaya tiba di makasar tanggal 26 malam. Tiga hari sebelum pendakian, sebagian tim akan mendaki gunung Bawakaraeng, berada di kabupaten Gowa, 4 jam perjalanan dari kota Makasar. Sebagian lagi akan mengunjungi beberapa tempat wisata di Kabupaten Maros, sekitar 1.5 jam dari kota Makasar. Setelah pendakian, tim pendaki (+ 1 personil dari taman Nasional Takabonarate),akan mengeksplor Tanah Toraja selama dua hari. Hari ketiga, tim akan kembali ke Makasar untuk penerbangan masing-masing.
Untuk akomodasi,pengalaman beberapa personil yang memiliki jaringan di Makasar memberikan kemudahan. Tim didukung sepenuhnya oleh KORPALA Univ. Hassanudin. Mulai dari memberikan tempat tinggal di markas KORPALA, mempersiapkan transportasi, dan penunjukan  personil KORPALA untuk bergabung dengan kami selama pendakian dan eksplor Sulawesi Selatan.  


4 HARI PENDAKIAN LATIMOJONG –> RANTE MARIO

 “Pendaki-Pendaki Hebat” :  
Aji (founder, team leader,  detak jantungnya tim); Sabar (founder, motivator ulung creatorjadwal latihan persiapan fisikpendakian); Ucok (Sekertaris, bendahara, Accounting , super handal), Yoni (koki kerennnnnnnn, teladan nyata urusan kebugaran tubuh); Deddy(dari kejauhan dia masih setia dengan cita-cita tim,  kegigihannya mengusik keberanian saya untuk mulai mencintai “pendakian”, dan komit kali ini untuk LATIMOJONG); Dea (motivator, feminim, tapi pengalaman dan staminanya superrrrrrrrrrrrr maskulin, sejajar pendaki pria), Shinta (Punya banyak cita inspiratif, pendakian baginya adalah hal yang masih baru tapi dilakukan dengan tekad dan rasa); Hanna (sama seperti saya, yang baru bergabung dalam tim, dan pastinya dia sangat beruntung !) 
Tidak kalah hebatnya,   
Personil Super Handal dari KORPALA UNHAS yang bergabung : 
Fadli (tidak ada kesan apa2 saat pertama kali melihat,pendaki ulung yang gesit ini jadi teamleader pendakian, gesture dan kata2nya gokilllll abisss); Acul (Juru bicara tim dengan kepala dusun dan masyarakat lokal, juga pendaki ulung yang punya kemampuan sangat sigapdalam situasi  bahaya, rambut kimbal buat diasemakinunik); Risto (Si cool & nice! Sweaper superrrr sabarrrrrr…., pendaki hebat dengan spesifikiasi khusus  padapenelitian gua). Ketulusan mereka selama berasama kami dalam pendakian dan eksplor Sulawesi selatan, membuat saya kalo punya lebih dari 4 jempol akan saya ancungkan semuanya !!!. Bravoooo… KORPALA UNHAS !!!


27 April 2015, "Petualangan dimulai"

Jam 08.00 Pagi, 12 personil timbertolak dari mabes KORPALA UNHAS menuju kecamatan Baraka Kabupaten Enrekang menggunakan 2 mobil sewa panther dengan harga Rp 80.000/org. Mobil panther ini adalah angkutan umum dari Makasar – Enrekang bisa ditemui juga di terminal Daya yaitu terminal regional Makasar.

Sekitar jam 15.00, tiba di kecamatan Baraka. Bahan mentah logistik untuk berkemah dapat dibeli di pasar Baraka. Sambil menunggu jadwal mobil jeep ke dusun Karangan, dari akses KORPALA tim beristirahat di rumah warga lokal Baraka. Keluarga Baraka menjamu kami dengan sangat istimewa. Bersyukur sangat, atas keikhlasan keluarga ini.

Kurang lebih jam 17.00 Jeep milik kepala dusun Karangan tiba. Bersama kami saat itu tim pendaki lain sekitar 8 orang, juga menanti jeep yang sama. Jadi penumpang + supir ada 21 orang. Harga sewa jeep ini Rp. 400.000 – Rp 450.000. Jam 17.45 jeep menuju dusun Karangan.

Matahari semakin kembali ke peraduan dan akhirnya hilang, tersisa bulan jadi penuntun. Jeep menyusuri bibir pegunungan yang sangat sempit, tikungan tikungan tajam, jalanan tanah liat kasar sesekali berlumpur tebal, sesekali berbatu, ada tanjakan demi tanjakan dan turunan terjal. Medan yang berat di malam hari, beberapa kali jeep mengalami masalah dengan mesin yang panas berasap dan harus mundur tiba – tiba dari tanjakan, lalu personil pria harus turun dan bantu mendorong. Mata dan hati terasa tegang, terpaksa harus selalu awas selama kurang lebih 5.5 jam perjalanan. Jam 11.00 tiba di dusun Karangan, kaki pegunungan LATIMOJONG.
 
Adalah suatu kearifan lokal bagi masyarakat dusun Karangan, rumah penduduk selalu terbuka untuk para pendaki. Tim tinggal di salah satu keluarga yang sering berhubungan dengan pendaki KORPALA UNHAS. Dusun Karangan berada di dalam lembah yang dikelilingi bukit-bukit perkebunan, dengan ciri khas rumah panggung sebagai tempat tinggal. Selain merupakan budaya bagi masyarakat Sulawesi selatan pada umumnya, rumah panggung memiliki fungsi ganda yaitu sebagai tempat tinggal sekaligus pada bagian dasar rumah dijadikan tempat penyimpanan pangan hasil perkebunan. Hampir seluruh rumah penduduk sudah dialiri listrik. Banyak rumah yang memiliki TV dan parabola. Meski demikian, sebagin besar penduduk dusun masih hidup secara tradisional seperti mengolah makanan menggunakan kayu bakar. Tak sengaja menoleh salah satu sudut ruangan, terlihat puluhan Jagung hasil panen berjejer pada ambang pintu, ada juga beberapa tandan pisang. Hmmm …… “kelimpahan pangan ada di tanah ini”. 
Pemikiran terakhir malam itu, lalu tertidur pulas dalam dingin yang menusuk.

28 April 2015 "Menikmati mimpi menjadi kenyataan"

Selamat Pagi Dusun Karangan …

 
Tim siap melakukan pendakian. 
Jam 08.00 kami start dari dusun Karangan. 

Menuju POS 1(Buntu Kaciling) 
Pendakian menuju pos 1 direncanakan di 45 menit s/d 1 jam.Perjalanan dimulai dengan menyusuri perkebunan masyarakat. Ada jagung, kopi, juga pepohonan buah – buahan  dan cengkih palawija sepanjang jalur bukit. Selanjutnya akan bertemu dengan sungai kecil yang  melintang. Setengah perjalanan, ada rumah hutan milik warga dan kami diberi hadiah buah Markisa hasil panensebagai bekal perjalanan. Lokasi pos 1 terletak di puncak bukit  perkebunan kopi  pada ketinggian 1800 mdpl.  Perjalanan menanjak terjaldengan elevasi kemiringan antara 50 – 70 derajat, dan harus  menerobos kepadatan  tanaman kopi.Kontur tanah basah cenderung liat, beruntung pada saat pendakian cuaca panas, sehingga tanah cukup stbil untuk dijejaki.


Menuju POS 2(Gua Sarung PakPak)
Agak berbeda dengan jalur menuju pos 1 yang terus menanjakcenderungbervariasi antara sedikit tanjakan dan lebih banyak turunan. Vegetasi alam mulai berubah dari hutan terbuka, menjadi hutan tertutup rapat  dengan jalur melipir tepi jurang. Kontur tanah menurun curam menuju lembah di mana terdapat sungai cukup besar di bawah tebing batu.Sepanjang perjalanan ada beberapa kali jalur berbahaya, pohon – pohon besar yang tumbang melintang.Ada jugaj Jalan yang terputus membuat lubang besar dan harus menyebrang di atas batang pohon yang sangat licin.Dan yang tak kalah berbahaya saat menyebrangi sungai yang pada saat itu sedang berarus kuat dengan tebing yang licin.Catatan penting :Tim sudah menyiagakan hal ini pada saat persiapan pendakian. Kami melewati medan -  medan berbahaya seperti disebutkan dengan menggunakan webbing. Gua Sarung PakPak berada pesis di atas  tebing sungai, dengan areal +- 4m2, biasanya ada juga pendaki yang mendirikan tenda untuk bermalam di sini. Perjalanan dari Pos 1 ke pos 2 memakan waktu hampir 1 jam 45menits/d 2 jam mencapai 1800 mdpl.

Menuju POS 3 (Lantang Nase)
Setelah menyebrangi sungai besar, tanjakan akansemakin terjal dari sebelumnya. Perjalanan menuju pos 3 dapat dibilang sangat berat.Selama kurang lebih 1 jam 30 menits/d 1 jam 45 menit  pendakian dilakukan pada kemiringan tanah yang mencapai 80 derajat tanpa ada bonus tanah datar sama sekali.Catatan penting : Pendaki harus selalu menjaga keseimbangan dalam melangkah dan saat  berdiri atau duduk beristirahat, untuk menghindari terjungkal ke belakang.Dalam kondisi ini, sangat sulit bagi saya untuk membagi konsentrasi antara mendaki dan memotret.Kamera DSLR lebih baik untuk diamankan dalam ransel.Tenaga yang terkuras dan rasa lapar yang mulai melanda, membuat beberapa kali harus beristirahat sejenak selama perjalanan.Saya mengalami bahwa buah Markisa sangat membantu memulihkan tenaga dan ampuh mengatasi rasa lapar.Lokasi Pos 3 berada pada ketinggian 1940 mdpl, berupa tanah datar berukuran -+ 5 m2, tidak ada sumber air sama sekali di pos ini. Di sini, untuk pertama kali pengalaman dicium si lintah dan saya mengerti bagaimana cara mengatasinya :)

Menuju POS 4 (Buntu Lebu)
Cuaca mulai berubah mendung dan turun hujan rintik, mengharuskan kami menggunakan mantel. Jalur pendakian menuju pos 4 memiliki kemiringan antara  60-70 derajat, sesekali ada bonus jalan datar. Perjalanan menuju pos 4 masih tertutup rapat oleh pepohonan dan tidak ada sumber mata air samasekali. Lokasi pos 4 berada pada ketinggian 2140 mdpl merupakan daerah datar berukuran -+ 6 m2 . Waktu tempuh menuju pos 4 sekitar 1 jam.

Menuju POS 5 (Soloh Tama)
Mulai terlihat hutan yang sedikit terbuka, pepohonan tidak lagi padat. Vegetasi tanaman hutan pun mulai berubah seiring semakin tinggi dataran. Sudah mulai ditemukan tanaman lumut hijau yang menempel di pohon – pohon.Walau hujan rintik ebal masih turun, pendakian menuju pos 5 menjadi sedikit lebih ringan karena elevasi tanah terbilang normal dan ditemukan banyak tanah datar.Meski demikian,  jarak perjalanan juga cukup panjang dari pos sebelumnya,  sekitar 1 jam 30 menits/d 1 jam 45 menit.  Pos 5 berada di ketinggian 2480 mdpl,  ditandai dengn tanah datar terbuka cukup luas, dapat ditempati kurang lebih 10 tenda. Di pos ini terdapat sumber air berjarak kurang lebih 100 m menurun ke arah lembah sebelah kiri jalur pendakian ke pos selajutnya.  Karena waktu yang semakin sore dan kondisi cuaca masih hujan rintik, tim sepakat mengubah rencana semula untuk berkemah di pos 7 menjadi berkemah di pos 5. Tim kami bermalam di pos 5 dengan 4 tenda untuk 12 personil.


Kebersamaan dengan tim malam itu adalah anugerah terindah ! Sambil menikmati makan malam + minuman hangat diselingi seloroh – seloroh berbalasan yang kadang tak jelas. 
Tanpa disadari : Lemah letih lesu, bersembunyi entah dimana !!!
 
"Trima kasih tim, satu tenda untuk saya dan suami. Mimpi kami menjadi kenyataan, untuk pertama kalinya, bersama berdua melewati dan menikmati malam,di atas gunung. Di sini, di LATIMOJONG !"

29 April 2015l, "RANTE MARIO, kami datang !!!"

Jam 05.00 , sarapan pagi dan tim bersiap untuk summit attack. Kamii masih harus melewati 3 pos lagi untuk sampai ke pucak tertinggi LATIMOJONG.

Menuju POS 6
Sepanjang jalan menuju pos 6 masih  melewati hutan terbuka, dengan beberapa tanjakan. Namun udara dataran tinggi yang semakin segar dengan vegetasi tumbuhan yang berbeda dari pos - pos sebelumnya, menambah semangat menuju puncak.  Mendekati pos 6, sudah terlihat pemandangan menakjubkan, bibir pegunungan yang dipagari oleh tanaman khas alam dataran tinggi di sini.Kurang lebih perjalanan selama 40 sd 50 menit, tiba di pos 6 yang berada pada ketinggian 2690 mdpl. 
 

Menuju POS 7 (Kolong Buntu)
Perubahan vegetasi tumbuhan semakin menarik sepanjang perjalanan menuju pos 7.Jalan tanah setapak datar, sesekali menanjak, dihiasi dengan lumut hijau bagai karpet dan sejenis jamur coklat yang menghias batang – batang pepohonan rindang memagari di kiri dan kanan jalan. Diiringi dengan munculnya  paparansinar matahari, sedikit demi sedikit memperjelas  deretan pegunungan LATIMOJONG  yang menghubungkan kabupaten Palopo, kabupaten Enrekang, dan kabupaten Tanah Toraja. Perjalanan 1 jam 30 menitterasa semakin Indah. Tiba di pos 7, matahari semakin bersinar terang dan awan biru bergeloramenyambut kami.Dari ketinggian 3100 mdpl, di sini pemandangan lepasbisa diedarkan ke segala penjuru untuk menyejukan mata, menikmati hijaunya pegunungan berjajaran dan lembah – lembah.Di pos ini ada sumber air berupa aliran sungai kecil yang tertampung dalam celokan kecil berbentuk kolam.Jaraknya kurang lebih 15 meter ke sebelah kiri dari pos jika menghadap ke puncak.Lokasi ini adalah bagian yang paling unik. Di ujung kolam terdapat tebing kecil lebarnya kurang lebih 1.5 meter dan tingginya  sekitar 2.5 meter. Air dari kolam akan melewati tebing ini dan turun bagaikan air terjun ke kolam yang lebih besar dengan kedalaman  2 meter. Keunikannya adalah, tebing dipenuhi lumut hijau licin seperti karpet, sehingga difungsikan  sebagai “prosotan”, yang membawa orang menikmati terjun dari kolam atas ke kolam bawah !!!Saya berpikir, ini adalah bonus paling seruuuuuu dari LATIMOJONG untuk para pendaki J.  Catatan penting : Sebaikanya  terjun dengan prosotan lumut ini dilakukan setelah summit attack! Karena dijamin, akan ketagihan…. 
 

Menuju POS 8 (Puncak RANTE MARIO)
Sekitar 20 menit dari Kolong Buntu pos 7, akan bertemu dengan jalur bercabang, yaitu ke kanan ditandai oleh puncak punggung dari menara telekomunikasi milik ABRI, dan yang ke kiri memasuki daerah pertigaan. Jalur kiri yang di pilih menuju puncak.Daerah pertigaan yaitu areal terbuka yang cukup luas dengan jalur pendakian bercabang dua. Ke kiri merupakan jalur menuju Puncak RANTE MARIO, ke kanan dengan belokan 30 derajat merupakan pendakian menuju punak NENE MORI, dan jika berbelok 90 derajat ke arah kanan adalah jalur setapak menuju Palopo. Lokasi ini berada pada ketinggian 3300 mdpl.  Selanjutnya kurang lebih 10 menit jalan setapak di di antara tanah karang  membentuk bukit bukit kecil dan komunitas tumbuhan dataran tinggi, menuntun untuk sampai di puncak RANTE MARIO.
RANTE MARIO 3430 mdpl

Merampungkan Misi 
Kurang lebih 1 jam kami menikmati puncak RANTE MARIO. 
Kemudian kembalii ke pos 5, makan siang, dan bersiap untuk melakukan perjalanan turun.
 
 
BONUS LATIMOJONG AIR TERJUN "Prosotan Lumut", Pos 7!
 
 
Vegetasi Lumut & Jamur sepanjang jalan pos 6 ke pos 5


PERJALANAN TURUN KEMBALI KE DUSUN KARANGAN
Sekitar Jam 2.30 kami start dari pos 5 dan berjalan cepat di tengah hujan cukup lebat menuju pos 2, mengejar sebelum malam tiba kami sudah harus menyebrangi sungai besar di pos 2. Bersyukur di tengah perjalanan hujan berhenti, kami bisa melewati pos 2 sebelum benar-benar gelap. Tim sempat terbagi dalam perjalanan, dan di pos 2 ini kami berkumpul lagi dan beristirahat sejenak. Perjalanan dilanjutkan kembali di tengah gelap malam yang mulai menegangkan. Perlengkapan seperti headlamp, senter, korek, dipersipakan untuk menuntun. Seperti disebutkan pada saat mendaki jalur pos 2, perjalanan menurun curam, maka sebaliknya  saat kembali harus mendaki dengan elevasi yang sangat tinggi. Pengalaman yang menegangkan, menyusuri tanjakan tinggi di tengah hutan gelap gulita, dengan di bibir jurang yang sempit. Di sini, saya cukup kewalahan secara fisik, dengan kadar oksigen alam yang menipis membuat berkali - kali harus beristirahat. Perjuangan berikutnya adalah menuruni bukit perkebunan kopi di pos 1. Lokasi saat kami turun, ternyata dalam kondisi  basah dan sifat tanah yang liat maka menghasilkan lumpur sehingga tidak stabil untuk dijejaki. Sambil menerobos padatnya tanaman teh, harus berusaha untuk mengakali bagaimana caranya turun, yaitu dengan berbalik badan agar tidak terpeleset atau jatuh ke sisi jurang perkebunan. Selanjutnya bertemu kembali dengan sungai kecil melintang, membuat hati sangat bersukacita. Hanya tinggal melipir satu bukit, maka kami sampai di perumahan penduduk.
Antara Jam 22.00 -23.00, Tim tiba kembali di dusun Karangan.
Pendakian LATIMOJONG selesai. 
It’s Amazing !!!

30 April 2015, "PULANG MEMBAWA MIMPI BARU"

Jam 08.00 – 09.00, sarapan pagi dan tim bersiap untuk meninggalkan dusun Karangan. Jam 10.00, beberapa saat digunakan untuk menyampaikan terima kasih dan dokumentasi dengan keluarga tempat kami menginap, sekaligus berpamitan. Kemudian kami menuju  sekolah dasar  dusun Karangan, untuk  melakukan kegiatan sosial memberikan beberapa peralatan yang dibutuhkan sekolah dan sedikit berbagi pengalaman memberikan semangat baru kepada murid-murid. Tim juga mengunjungi rumah kepala dusun, berpamitan dan menyampaikan terima kasih atas Jeep yang tersedia untuk dapat disewa.

" Satu satu nya sekolah yang ada di dusun Karangan adalah sekolah dasar (SD). Untuk melanjutkan jenjang SMP, anak - anak harus berjalan sekian kilometer (1-2 jam) menuju dusun Rante Lemo, ibukota administratif dari desa Latimojong. Dan untuk jenjang SMU, mereka harus menetap di Baraka baik kost atau menumpang di rumah kerabat. Ada hal yang dapat kami tangkap dari kondisi SD Karangan keterbatasan tenaga pengajar, sehingga guru harus bergantian dari satu kelas ke kelas lain. Konsentrasi anak - anak tidak sepenuhnya untuk belajar. Masih dijumpai ada anak menggunkan pakaian seragam yang sibuk bermain di halaman rumah saat itu pada jam sekolah "
  
 
Jam 11.00 kami meninggalkan dusun Karangan menuju Baraka. 

 Warung Duren, setengah perjalanan Karangan - Baraka

Sesuai rencan, sekitar jam 3.30 sore kami tiba di Baraka, kami beristirahat sambil berkoordinasi untuk  melanjutkan perjalanan menuju Tanah Toraja. 
Terima kasih banyak untuk keluarga ibu dan bapak Baraka.


“ Terima kasih PENCIPTA, ENGKAU telah merestui kami ”

LATIMOJONG, Sekian !!!
Dari Baraka, kami melanjutkan perjalan eksplor Tanah Toraja... 
C u on the Next blog …….,  TATOR !!! 



Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer